Pertumbuhan Ekonomi Kuartal II 2018 Capai 5,27 Persen, Sri Mulyani

Jakarta, Prokabar — Badan Pusat Statistik (BPS) menginformasikan bahwa pertumbuhan ekonomi Indonesia pada triwulan III tahun 2018 dibanding periode yang sama tahun lalu mencapai sebesar 5,17 persen. Selain itu, faktor lain yang mendorong perrumbuhan ekonomi pada kuartal III-2018 sebesar 5,17% karena tingkat konsumai rumah tangga yang berada di degree 5,01%. Dari sisi pengeluaran, pertumbuhan tertinggi dicapai oleh komponen pengeluaran konsumsi pemerintah (PK-P) yang meningkat signifikan sebesar 32,52%. Bambang menuturkan, ekspor yang mampu tumbuh ‘double digit' mencapai 17,27 persen merupakan yang tertinggi sejak triwulan II 2011.Pertumbuhan Ekonomi Triwulan III Capai 5,17 Persen
Rata-rata pertumbuhan impor barang konsumsi rata-rata 6 persen per tahun sedangkan impor bahan baku hanya three persen,” ujar dia. Pertumbuhan ekonomi kuartal II 2018 juga masih lebih tinggi dibandingkan pada kuartal II 2017 yang sebesar 5,01 persen. Selain pertumbuhan yang harus merata antardaerah, hal lain yang perlu diperhatikan adalah pelemahan nilai tukar rupiah, penurunan daya beli, peningkatan harga minyak dunia, meningkatkan ekspor dan mengurangi impor.RI Catat Pertumbuhan Ekonomi 5,17 Persen, IHSG Turun
Struktur ekonomi Indonesia secara spasial pada triwulan III-2018 didominasi oleh kelompok provinsi di Pulau Jawa dan Pulau Sumatera. Ia mengatakan salah satu penyebab target pertumbuhan ekonomi 2018 tidak tercapai adalah kinerja perdagangan internasional yang belum membaik seiring dengan melemahnya ekspor maupun impor. Angka ini salah satunya disumbang oleh pertumbuhan pengeluaran konsumsi rumah tangga sebesar 5,14 persen.
Ditambah lagi angka inflasi yang relatif lebih rendah dari tahun-tahun sebelumnya, yakni zero,59 persen pada Juni 2018. Kemudian, ekonomi Singapura tumbuh 3,8% pada kuartal II-2018, naik dari 2,eight% di kuartal II-2017. Berdasarkan knowledge yang dirilis United Nations Statistics Division pada tahun 2016, Indonesia menempati peringkat keempat dunia dari 15 negara yang industri manufakturnya memberikan kontribusi terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) lebih dari 10 persen.
Angka itu masih meningkat dibandingkan pertumbuhan pada kuartal-II 2017 sebesar 5,34 persen (yoy). Kecuk menuturkan, pertumbuhan ekonomi secara kuartal tercatat 3,09% dan secara tahun 5,17%. Sementara tanpa pertambangan bijih logam perekonomian Provinsi NTB masih tumbuh 3,eighty persen. Suahasil menyebut tantangan datang dari pertumbuhan konsumsi yang harus dijaga pada kisaran 5,1% dan investasi yang harus mencapai 8%. Untuk itu, pemerintah gencar menyampaikan berbagai insentif usaha dan sistem percepatan perizinan termasuk meluncurkan On-line Single Submission (OSS).
Rendahnya pertumbuhan konsumsi rumah tangga menjadi perhatian pemerintah karena komponen pengeluaran ini memberikan kontribusi terbesar terhadap struktur PDB Indonesia yaitu mencapai fifty five,68% di triwulan III-2017. Secara kumulatif, ekonomi pada semester I-2018 mengalami pertumbuhan 5,17 persen. Terkoreksinya pertumbuhan Konsumsi Rumah Tangga (RT) mendorong RT melakukan rekomposisi pengeluaran mereka.
Sementara itu, kredit CFS Retail meningkat 5 persen menjadi Rp forty four,three triliun per September 2018. Badan Pusat Statistik (BPS) mengumumkan, pertumbuhan ekonomi Indonesia sepanjang tahun 2017 mencapai 5,07 persen atau lebih tinggi dibanding capaian 2016 sebesar 5,03%. Sedangkan faktor lain yang mendorong pertumbuhan konsumsi rumah tangga adalah panen raya yang mendorong upah riil buruh tani meningkat akibat THR serta gaji ke-thirteen bagi PNS.
PT RIFAN
Kepala Ekonom BTN Winang Budoyo dalam keterangan resminya mengatakan, secara umum permintaan domestik, yang terdiri dari Konsumsi dan Investasi, masih menjadi pendorong utama ekonomi Indonesia di kuartal three ini. Dari sisi lapangan usaha, pertumbuhan disumbang oleh industri pengolahan sebesar 0,ninety one persen. Untuk pertumbuhan ekonomi pada semester I-2018, Sri Mulyani menyakini kondisi tersebut masih dipengaruhi oleh peningkatan konsumsi rumah tangga, investasi maupun kinerja perdagangan yang membaik.
Keyakinan pertumbuhan ekonomi kuartal IV bisa lebih tinggi dari tiga kuartal sebelumnya ini didukung oleh investasi yang mulai terdapat tanda-tanda kenaikan. Namun, berbalik yang terjadi pada investasi yang mengalami perlambatan pertumbuhan. Faktor lain pemicu tumbuhnya ekonomi NTT triwulan II-2018, yakni jumlah penumpang angkutan udara selama bulan Ramadhan dan Idul Fitri serta liburan panjang.
Kita berhadap pertumbuhan ekonomi akan lebih tinggi lagi karena ada momentum-momentum yang bisa memacu ekonomi. Selain tetap menjaga konsumsi rumah tangga untuk tetap berada di atas lima persen, Darmin berharap sektor lain bisa menopang pertumbuhan ekonomi hingga akhir tahun. Pada tahun 2016 pertumbuhannya naik menjadi 5,fifty seven persen, kemudian sedikit melambat di tahun 2017 menjadi 5,forty five persen.