'Shutdown' Berakhir Dan Amerika Regular Lagi, Tapi Siapa Menang Siapa Kalah Dan Untuk Berapa Lama?

Washington, - Pemerintah Amerika Serikat tercatat pernah menghentikan operasi pemerintahannya -atau mengalami shut down- sebanyak 12 kali. Menurutnya, dampak shutdown minim terhadap perekonomian Indonesia. WASHINGTON, - Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump mengatakan siap jika terjadi 'shutdown' atau penutupan sebagian kantor dan lembaga pemerintah AS hingga bertahun-tahun. Sementara itu, menurut Federasi Pegawai Pemerintah Amerika, 420 ribu orang yang berdinas di lembaga-lembaga very important, harus tetap bekerja tanpa mendapat bayaran.
PT RIFAN SOLO
Perekonomian Amerika juga menanggung kerugian ratusan miliar dolar setiap kali pemerintah mengumumkan shutdown. Kasus shutdown di awal tahun sesungguhnya tidak hanya terjadi pada era Donald Trump. Selaras dengan Eko, Direktur Eksekutif Gabungan Perusahaan Kelapa Sawit Indonesia (Gapki) Danang Girindrawardana pun tidak memandang shutdown Amerika Serikat sebagai sesuatu yang harus diwaspadai penuh untuk ekspor ke sana.
Dalam konteks persiapan menghadapi rencana shutdown saat ini, cadangan devisa Indonesia masih cukup untuk stabilisasi kurs. Dikarenakan sifatnya sebagai masalah domestik, dirinya menambahkan, shutdown pemerintahan AS tidak banyak berpengaruh terhadap persoalan global. Salah satu yang menjadi pendorong munculnya dampak dari shutdown yang terjadi di Amerika ini adalah keberadaan Greenback AS. Seperti yang ditakutkan oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono.
Walaupun layanan visa sejauh ini tidak terpengaruh, mantan Duta Besar Amerika John Campbell, diplomat yang pernah bertugas di Afrika Selatan selama terjadi shutdown 21 hari pada tahun 1996, mengatakan kepada VOA bahwa penutupan pemerintah biasanya berdampak lebih besar kepada seluruh staf di luar negeri. Menurut Bhima, terjadinya shutdown menyebabkan prospek pemulihan ekonomi AS bisa terganggu.
Sejumlah lembaga federal dan militer yang dianggap penting masih akan tetap beroperasi di tengah shutdown ini. Senator Demokrat, Chuck Schumer mengatakan Trump merupakan sosok pemarah dan harusnya menjadi sosok yang bertanggung jawab atas shutdown ini. China adalah pasar terbesar ketiga untuk ekspor AS pada 2016 dan merupakan salah satu pembeli terbesar jagung, daging babi, dan pesawat terbang buatan Amerika.
Tapi, sedikit berbeda dengan penutupan tahun-tahun sebelumnya, shutdown kali ini adalah untuk pertama kalinya dalam penghentian operasi negara, saat kamar majelis rendah dan tinggi sama-sama dikuasai oleh satu partai, yaitu Partai Republik. Akibat shutdown tersebut, ekonomi Amerika mengalami ketidakpastian dan pasar s angat reaktif t erhadap ketidakpastian itu.
Seperti dikutip dari TIME, situasi 'government shutdown' terjadi saat Kongres tidak meloloskan rencana anggaran federal untuk tahun fiskal mendatang yang diajukan Presiden AS. Rencana anggaran itu untuk membiayai pemerintahan dan operasional departemen federal AS. Jakarta -Beberapa waktu lalu, pemerintahan Amerika Serikat (AS) sempat mengalami masalah besar.
Presiden Amerika Serikat Donald Trump menolak laporan yang dibuat oleh pemerintahannya sendiri terkait dengan peringatan atas efek perubahan iklim. Akibat shutdown pemerintah AS, kamera reside di kebun binatang tersebut tak lagi mendapat aliran dana. Dalam hal ini, Mitch McConnell memang berupaya menghentikan authorities shutdown dengan cara mengusahakan kemenangan lewat voting untuk menyetujui penandatanganan RUU pendanaan sementara yang disebut stopgap spending bill, untuk mendanai operasi pemerintah sampai eight Februari, yang ditandatangani Presiden Amerika Serikat Donald Trump.
Sementara sebagian shutdowns pemerintah sebelum 1995-1996 shutdowns memiliki efek yang sangat ringan, shutdown penuh pemerintah federal menyebabkan sejumlah besar warga sipill Karyawan Federal untuk furloughed.Tugas personil militer aktif (orang-orang di Judul 10 status) dan karyawan dikecualikan oleh UU Antideficiency tidak furloughed, tapi mungkin tidak dibayar sesuai jadwal jika sama sekali untuk periode cuti tersebut.
Pada tanggal 27 Desember ini, Pemerintahan Amerika Serikat sedang, Shut Down” karena Presiden Trump dan Parlemen gagal menyepkati Anggaran. Shutdown ini dilakukan usai Kongres menunda kesepakatan persetujuan dana untuk membangun tembok perbatasan. Secara terpisah, Departemen Pertahanan menyatakan shutdown pemerintah tidak akan berdampak pada perang militer AS di Afghanistan atau operasinya terhadap militan ISIS di Irak dan Suriah.